Tampilkan postingan dengan label Asy'ari. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Asy'ari. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Februari 2019

Hari Kelahiran Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari






14 FEBRUARI ADALAH TANGGAL LAHIR HADRATUSY SYAIKH KH MUHAMMAD HASYIM ASY'ARI

14 Februari 1871 M, adalah hari lahir pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari.

Mari kirim al-fatikhah utk beliau, .
Ila ruhi Simbah KH HASYIM ASY'ARI wa zawjatihi wa dzurriyahitihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya Allah ... wa muhibbihi ya Allah... syaiun lillahi lana wa lahum Al Fatihah...

Ingatkah Anda? Hari Lahir “Sang Kiai” Tertutup Euforia Valentine?

Tanggal 14 Februari adalah hari yg pada umumnya muda-mudi di seluruh dunia, khususnya negara2 barat, memperingati Valentine Day, hari kasih sayang. Valentine Day adalah hari untuk memperingati kematian J. Valentine, seorang pastur yg mati dibunuh karena tidak bisa berpisah dgn kekasihnya setelah melakukan hubungan terlarang. Naudzubillah.

Kalau kita membaca sejarah Islam di Indonesia, 14 Februari juga adalah hari yg bersejarah bagi rakyat Indonesia, khususnya kalangan kaum pesantren dan pengikut jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Kenapa demikian? Karena tercatat dalam sejarah, tokoh sentral pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng Jombang, Hadratusyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal itu, Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287 H, bertepatan dgn tanggal 14 Februari 1871 M. (Profil Pesantren Tebuireng, Pustaka Tebuireng: Jombang, 2011, cetakan pertama, hal. 38)

Tidak diraguan lagi, peranan Beliau sangat penting sekali bagi perkembangan agama Islam di Indonesia. Beliau mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899 M. dimana hampir sebagian besar pondok Pesantren di Jawa dan Sumatera lahir dari rahim Pesantren Tebuireng dan kyai2nya yg pernah nyantri kepada Mbah Hasyim.

Selain itu, Hadratusyaikh juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengajak para santrinya untuk berjuang melawan penjajah. Menurut Beliau, berjuang melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain, wajib bagi setiap orang muslim Indonesia.

Pada tanggal 22 Oktober 1945 M, beliau mengeluarkan fatwa jihad yang isinya.

“Hukum membela negara dan melawan penjajah adalah fardlu ‘ain bagi setiap mukallaf yang berada dalam radius 88 KM. Perang melawan penjajah adalah jihad fi sabilillah. Oleh karena itu orang Islam yang mati dalam peperangan itu adalah syahid…” (dikutip dari film Sang Kiai).

Fatwa jihad ini kemudian dikenal dgn istilah Resolusi Jihad. Perjuangan Hadratusyaikh dalam membela tanah air tercermin dalam film SANG KIAI, sebuah film perjuangan yang diproduksi oleh Rapi Films pada tahun 2013.

Oleh sebab itu, sebagai muslim Indonesia khususnya Nahdliyin, tidak perlu ikut2an untuk merayakan hari valentine. Karena disamping tidak ada manfaatnya untuk rakyat Indonesia, dikhawatirkan juga akan mengurangi nilai keimanan seorang muslim. Justru sebaliknya kita seharusnya memperingati 14 Februari sebagai hari ulang tahun Hadratusyaikh, dgn cara2 yg bermanfaat.

www.tebuireng.online

#NahdlatulUlama
#GMNUCyberTeam




Kamis, 05 Juli 2018

SAAT K.H. HASYIM ASY'ARI IRI

KH HASYIM ASY'ARI PUN IRI PADA GURU TPQ

“Aku ingin bertemu Kiai Salam,” kata pendiri Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Asy’ari.

Dengan penuh takdzim, Kiai Nawawi pun mengantarkan ke salah seorang kiai kampung, sesuai yang diinginkan hadratussyaikh.

Kiai Salam yang bernama lengkap Abdussalam adalah ayahanda dari Kiai Abdullah Salam dan kakek dari Kiai Sahal Mahfudh.

Sesampai di kediaman Kiai Salam, didapati tuan rumah sedang mengajar anak-anak kecil mengaji. Kiai Hasyim serta-merta menahan langkah, menyembunyikan diri dari pandangan Kiai Salam, dan menunggu.

Setelah anak-anak kecil itu menyelesaikan ngajinya, barulah Kiai Hasyim mengucap salam, yang lantas disambut dengan suka-cita luar biasa.

Meninggalkan kediaman Kiai Salam, Kiai Hasyim kelihatan ngungun, sedih dan nelangsa. Air matanya mengambang.

“Ada apa, Kiai?” Kiai Nawawi keheranan.

Kiai Hasyim mengendalikan tangisnya, menghela napas dalam-dalam.

“Aku punya cita-cita sudah sejak sangat lama tapi sampai sekarang belum mampu melaksanakan. Kiai Salam malah sudah istiqomah. Aku iri…” kata Rais Akbar NU tersebut.

“Cita-cita apa, Kiai?”

“Ta’limush shibyaan…” (mengajar anak-anak kecil).
----

Jadi teringat pengalaman saat sowan ke Kiai Jamal beberapa tahun berselang.

“Sekarang kegiatan sampean apa?” Tanya KH M Djamaluddin Ahmad kepada alumni Pesantren Tambakberas saat sowan.

“Bisnis kiai, buka konter hape,” ungkap sang santri dengan menunduk.

“Rumiyin kulo mulang TPQ, tapi naliko sampun buka konter, kulo prei mboten mulang dateng TPQ maleh,” lanjutnya.

Kiai Jamal, diam sejenak. Dengan agak berat, pengampu pengajian Kitab Hikam ini mengingatkan bahwa mengajar di TPQ adalah khidmat terbaik dalam hidup.

“Kamu mengajarkan anak TPQ bacaan basmalah dan alfatihah, maka pahala yang kamu terima akan terus mengalir,” katanya.

Ketika santri TPQ yang kamu didik membaca basmalah saat hendak makan, belajar dan kegiatan apapun, maka kamu juga akan memperoleh pahalanya, lanjutnya.

Belum lagi saat santri TPQ itu bisa membaca al-fatihah dari shalat yang dikerjakan. “Berapa pahala yang kamu terima dari mengajarkan surat al-fatihah tersebut?” kata salah seorang Majelis Pengasuh PP Bahrul ‘Ulum Tambakberas Jombang ini.

“Hidup itu jangan hanya memburu gengsi, apalagi kalian adalah santri Tambakberas” katanya.

---
Menjadi ustadz dan ustadzah TPQ mungkin dianggap sebagai “profesi” yang tidak menjanjikan. Bahkan kalah mentereng dengan jabatan lain yang bergelimang uang maupun prestise.

Tapi sekelas Mbah Hasyim saja demikian iri kepada para guru TPQ. Beliau sesengukan berlinang air mata lantaran belum mampu seistiqomah Kiai Salam dan tentu saja para ustadzah-ustadzah TPQ.

Mari kita hadiahkan surat alfatihah kepada KH Hasyim Asya’ri dan doa untuk kebaikan KH Djamaluddin Ahmad.

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين

(Kumpulan Post WA)