Tampilkan postingan dengan label Ngaji. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ngaji. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Januari 2019

Kisah Gus Dur oleh K.H. Masruri A. Mughni



Gus Dur & KH. Masruri Mughni

KH. Masruri Abdul Mughni, pernah sama-sama nyantri bersama Gus Dur kepada KH. Abdul Fatah Hasyim di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. “Kamar saya dan Gus Dur bersebelahan. Saya di kamar Pangeran Diponegoro 7, Gus Dur di kamar Pangeran Diponegoro 6,”katanya.

“Tapi dia berkali-kali bilang kalau yang benar-benar menjadi gurunya adalah Mbah Fatah (KH. Abdul Fatah Hasyim) dan Mbah Chudlori (KH. Chudlori) Tegalrejo Magelang,” lanjut Abah Masruri.



Ketika semua orang mengecam Gus Dur karena mau berangkat ke Israel, ia mengatakan,“Biar semua orang mau bilang apa yang penting Mbah Fatah dan Mbah Chudlori mangestoni (memberi restu).” Padahal kedua gurunya itu sudah wafat. Karena itulah banyak yang yakin cucu KH. Hasyim Asy’ari itu punya kemampuan berkomunikasi dengan dunia ghaib.







“Gus Dur yakin betul melawan Israel tidak bisa dengan kekerasan, tetapi mau tidak mau harus pakai jalur diplomatik. Ya harus ke sana bicara baik-baik,” tutur Kiai Masruri, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah-2, Benda, Sirampog, Brebes itu.

Demikian pula saat terjadi penembakan terhadap umat Islam minoritas di India, KH. Abdurrahman Wahid di Bali malah mengatakan, “Kalau Mahatma Gandhi Islam, ia adalah wali besar.”

Pernyataannya itu kemudian dikutip sebuah majalah Ibu Kota tanpa kata-kata “Kalau”. Sehingga seolah-olah Gus Dur menyebut Mahatma Gandhi wali besar. Gegerlah semua kiai dan habaib di Indonesia. Melalui jalur Forum Demokrasi (Fordem) India, Gus Dur menempuh jalur diplomasi. Hasilnya umat Islam minoritas tidak ditembaki lagi.

“Saya sedih dihujat umat Islam Indonesia, tetapi saya senang karena umat Islam India tidak ditembaki lagi,” tutur Gus Dur seperti ditirukan Kiai Masruri.

Banyak hal yang sudah dilakukan Gus Dur tanpa orang lain mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Contoh bagaimana humanisnya cucu KH. Hasyim Asy’ari itu disampaikan Drs. H. Ali Mufiz MPA. Saat itu ia yang menjadi Wakil Gubernur Jateng menemui Gus Dur di kantor PBNU.“Gus Dur satu mobil bersama pamannya, KH. M. A. Sahal Mahfudh keluar dari kantor mengambil honor tulisan di Kantor Majalah Tempo,” katanya.

Pada saat tiba kembali di kantor PBNU, tiba-tiba datang seorang temannya yang mengeluh butuh biaya untuk mengobati keluarganya yang sakit. Tanpa menengok kanak-kiri, amplop honor tulisan yang baru saja diambil dari Majalah Tempo langsung diserahkan kepada temannya itu, tanpa sempat membuka isinya terlebih dahulu. Ya, Gus Dur telah tiada, tetapi spiritnya akan terus ada ila akhiriz zaman.


Ngaji Tasawuf



• BEBERAPA MAU'IDZOH SYAIKH Prof. Dr. IBRAHIM AL- HUD HUD •

    Dalam kunjungan beliau di PP Al-Anwar Sarang Rembang, pada hari rabu tgl 19 desember 2018 M yang bertepatan pada bulan Robiul Akhir tgl 11 tahun 1440 H, beliau menyempatkan memberikan pesan-pesan dan nasihat tentang tasawwuf yang dinyatakan bid'ah oleh kelompok ekstrim Wahabi dihadapan para santri, sehingga kita bisa selamat dari paham-paham mereka yang membahayakan. Adapun mawa'idz yang beliau sampaikan adalah sebagai berikut :

 1.) Apa itu tasawwuf...? Tasawwuf adalah tiga kalimat yaitu :

"الشريعة باب والطريقة آداب والحقيقة لباب"

"Syariat adalah pintu utamanya, dan toriqoh adalah adabnya, sedangkan haqiqat adalah inti sarinya"

2.)Tasawwuf merupakan sebuah pendidikan ruh dan jiwa bukan hanya pada aqal dan jasad saja, karna aqal bisa sesat dan jasad bisa mati.

3.) Muslim sejati ialah muslim yang mentarbiyah (mendidik) aqal, jasad, ruh, dan jiwanya dari kema'siyatan, hawa nafsu, dunia, dan keburukan-keburukan yang lain. Orang yang tidak beragama biasanya hanya mementingkan akal dan jasadnya, berbeda jauh dengan seorang mu'min sejati yang berusaha untuk menggodok empat hal tsb, seperti yang diisyaratkan oleh ayat "قد أفلح من زكاها"

4.)Disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh RA bahwa suatu ketika Malaikat Jibril pernah menemui Nabi Muhammad SAW dengan bentuk seorang laki-laki yang sangat rapi dan putih, berambut hitam yang bersih dan tak tampak bekas-bekas safar pada dirinya. Lalu ia duduk dihadapan Nabi dengan sopan yakni duduk seperti orang tasyahud dengan meletakkan kedua telapak tanganya diatas pahanya sebagaimana yang semestinya dilakukan seorang murid dihadapan gurunya. Kemudian ia bertanya kepada Nabi SAW tentang islam, iman dan ihsan. Hadis ini merupakan bentuk global dari tiga Qoidah tsb yakni الشريعة باب والطريقة آداب والحقيقة لباب.

5.) Pertama orang yang hendak masuk kedalam tasawwuf maka ia harus mengatur syariatnya dengan mengerjakan sholat zakat puasa haji seperti yang disinggung diawal hadis, dimana malaikat jibril bertanya kepada Nabi SAW mengenai islam. Kedua yaitu thoriqoh yang dididik langsung oleh syaikh kalian yakni Syaikh Maemoen Zubair beliau mendidik, mengarahkan, membimbing kalian hingga bisa wushul kepada Alloh SWT, dengan mencintai Nabi Muhammad SAW melebihi cinta kalian kepada diri kalian sendiri, kepada orang tua kalian dan kepada seluruh manusia, seperti yang dijelaskan pada hadis :

"لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين"

"Tidaklah sempurna iman kalian sehingga aku lebih kalian cintai daripada orang tua kalian, anak kalian, dan semua manusia"

Sehingga ketika kalian telah mengumpulkan semua bentuk cinta kepada baginda Nabi SAW maka sempurnalah iman kalian dan kalian bisa mencapai maqom ihsan atau haqiqat.

6.)Jadi haqiqot bukan sebuah karomah-karomah besar namun ia adalah maqom ihsan. Sehingga ketika seseorang membaca ayat tentang Nabi Muhammad SAW maka seakan-akan ia melihat baginda Nabi Muhammad SAW, ketika ia membaca ayat-ayat tentang peperangan yang dilakukan oleh baginda Nabi seperti badar, uhud , ahzab dll maka seakan-akan ia melihat peperangan itu didepan matanya, dan ketika ia membaca ayat tentang surga dan neraka maka ia seakan- akan melihatnya langsung.

7.)Orang yang telah mencapai maqom ihsan tak akan tergoda dengan dunia dan kenikmatannya.

8.) Karomah hanya bagi Auliya' (wali-wali Alloh) agar para muridnya mempercayainya sehingga mereka bisa mengikuti jejak dan petuahnya.

9.) Disebutkan dalam Sohih Bukhori bahwa Rosululloh SAW pernah khutbah didepan para sahabat namun kemudian beliau berdiri mengulurkan tangannya seakan akan beliau hendak mengambil buah yang ada didepanyya. Lantas para sahabat bertanya perihal tsb. Lalu Rosululloh SAW menjawab ; aku ingin mengambil buah yang ada didepanku. Didalam hadis lain dterangkan Rosululloh SAW mendengar suara sandal Sahabat Bilal disurga lantas beliau bertanya kepada Bilal, apa amalanmu hingga suara sandalmu sampai terdengar disurga. Lalu Sahabat Bilal menjawab aku hanya melaksanakan sholat dua rakaat setelah wudlu wahai Rosululloh. Jawab bilal. Inilah yang dinamakan maqom ihsan yakni,

"أن تعبد الله كأنك تراه فإن لم يكن تراه فإنه يراك"

10.) Inilah qoidah pokok tasawwuf yakni syariat adalah pintu, thoriqot adalah adab. Dan haqiqot adalah inti. Semoga Alloh SWT memberikan manfaat apa yang kalian dengar pada majlis ini dan semoga Alloh memberkahi majlis ini.

Wassalamualaikum wr wb.

📷 : kunjungan Syaikh Prof. Dr. Ibrohim al-Hud Hud bersama Masyayikh Al-Azhar lainnya.

Sarang 11 Robiul Akhir 1440 H

Follow juga ig @Serambi_Sarang

#Serambi_Sarang
#As_Saraniy
#Al_Azhariy

Mencari Guru




*Habib Cokelat* Bag 1

Habib cokelat atau mastur tidak terkenal didominasi Adzmatkhan dzuriat keturunan walisongo yg mayoritas Jadi Pembesar NU, sebagian al aydrus berganti albanjari banyak turunanya dibanjar kalimantan, alhasani sekitaran dataran sunda dan jawa dan pulau laen,basyaiban banyak dipulau jawa anggawi sekitaran jatim dll. Habib coklat umumnya gadiketahui kehabibannya kecuali oleh yg  kasyaf /waskito atau ahli makrifat, Allahu a'lam.

Menarik untuk disimak, beberapa waktu lalu Habib Luthfi dari Kota  Pekalongan pernah berpesan bahwa di tanah Jawa itu ada beberapa wali yang selalu berdoa kepada Gusti Allah untuk ketenteraman negara ni agar terhindar dari berbagai musibah dan bencana. Diantaranya yaitu sunan Gunung Jati sunan Bonang dan sunan Derajat serta sunan Ampel.
Jika kita amati, Mereka adalah para dzuriyah nabi - habaib yg telah melebur dengan penduduk lokal Jawa, sehingga mungkin tampilan fisiknya agak mirip dengan orang-orang pribumi. Tidak seperti tampilan fisik para habaib sekarang yang ada saat ini yang begitu mudah dikenali.

Seoarang kyai sepuh jaman penjajahan Belanda dahulu pernah berpesan kepada anaknya kemudian pesan itu diteruskan kepada anaknya lagi, yakni  carilah habib njowo atau habib cokelat kemudian  ngajilah sama beliau, mintalah diakui sebagai santrinya.

Sang anak sempat bertanya kepada bpak kyai sepuhnya itu kenapa harus dicari, bukankah jika guru yang hebat iku pasti terkenal seantero negeri.

Sang kyai sepuh yang belum sempat menikmati NKRI merdeka iku tersenyum dan kembali berpesan.
Habib cokelat ini, beliau tidak akan mudah dikenali karena sudah melewati satu ilmu tingkat tinggi dimana ilmu tersebut sudah pernah diimplementasikan dipraktekan oleh Njeng Nabi Muhammad kakek buyut mereka, jadi ilmu ini adalah ilmu yang bukan sekedar teori dari sumber tekstual semata.

Semakin bingung dan penasaran, si anak bertanya lagi, ilmu apakah itu bah....?

Sang kyai sepuh ini menjelaskan dengan serius.
Ilmu itu yakni ilmu legowo ati. Ilmu yang mudah diucapkan tapi susah untuk diamalkan. Sebagaimana kakek buyut mereka yakni Njeng Nabi Muhammad legowo dicaci maki,  dilempari batu maupun hendak dibunuh oleh kaum kafir quraisy yang kelak menjadi umatnya padahal beliau bermarga Bani Hasyim yakni keturunan yang disegani oleh kaum arab pada masa itu,
Para habaib cokelat ini pun mereka legowo menyembunyikan jati diri asli mereka, rela melepaskan marga mereka. Bahkan mereka juga tidak terdeteksi dari segi tampilan fisik bahwa  mereka asli orang dari suku-ras arab, karena bapak kakek buyut mereka telah menikah dengan penduduk pribumi.

Sang anak kemudian mulai sedikit paham, dan kembali bertanya. Bagaimana ciri khusus untuk mengenali habib cokelat ini ?

Sang kyai menjawab
Jangan cuma kau lihat dari pakaian jubahnya
Atau Dari jenggot dan jidah hitamnya atau dari sering tidaknya beliau  tampil di berbagai media maupun berita.

Namun.....

Jika kau mampu pelajari dan telusurilah sejarah asal-usul orangtuanya smpai sanad terakhir kepada kakek-buyutnya.

Tapi jika itu susah bagimu, cara termudah adalah
lihatlah akhlaknya
lihatlah perangainya
lihatlah budi pekerti si habib cokelat ini.
Namun bukan sekedar dilihat tetapi rasakanlah tautan hati nuranimu kepada beliau.
Sekalipun tampilannya adalah seorang gelandangan bisa saja beliau adalah habib cokelat yang identik disebut dengan wali. Maka lima panca indera saja tidak cukup untuk mendeteksinya. Gunakanlah hati nuranimu.

Karena akhlak itu adalah warisan yang sesungguhnya dari kakek buyut si Habib cokelat ini  yakni Njeng Nabi Muhammad - Nabi Rahmatan lil 'aalamin.

Ditulis oleh
Cucu ne Kyai Jadoel
Comal, akhir 2018
.

Belajar Mengenali Allah SWT.




RENUNGAN.

Alkisah suatu saat Seorang Kakek yang hadir dalam sebuah pengajian yang dipimpin oleh seorang Ustad muda, bertanya:

“Anakku, Tadi Anakku menyampaikan ceramah tentang Aqidah, tentang Allah, boleh kakek bertanya? Dimanakah Allah itu?”.
Sebuah pertanyaan yang membuat sang Ustad muda bingung.., sangat dalam sekali.
Saat itu pula ia teringat pesan Guru-nya, jika ada yang bertanya dimana pertanyaan itu bukan sifatnya ingin tahu atau ingin sekedar menguji dan kita tidak tahu jawabannya maka berikanlah jawaban seperti ini

 “Sesungguhnya orang yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”.

Kakek itupun manggut-manggut, sambil tertunduk beliau bertanya lagi.

“Anakku, Coba Ambilkan Pelita itu (sebuah kaleng cat minyak yang berisi minyak tanah dan diberi api disumbunya), boleh kakek bertanya?

 Kapan Pelita ini disebut Pelita?

 “.Kembali sang Ustad memberikan jawaban “Kakek, Saya tidak bisa menjawabnya, Terangkanlah pada Saya”.

Sang Kakek bukan malah menjawabnya tetapi memberikan pertanyaan baru lagi.

 “Jika Kakek Tiup Api diatas Pelita ini, Kakek bertanya, Tahukan Engkau Anakku, Kemana Perginya Api Itu?”.

Allahu Akbar! Teriak bathin sang Ustad, selama ini ia tidak pernah berfikir tentang kemana perginya api ketika ditiup dari pelita yang hidup, oh iya ya, kemana perginya api itu, bahkan tidak berbekas sama sekali.

Kembali ia menjawab “Saya Tidak Tahu Kek, Berikan ilmu Pada Saya”.

Kembali Kakek itu tidak menjawab, Beliau justru menanyakan nama si Ustad.

 “Nak, Namamu siapa?”,
ia jawab “Abdullah...”,

beliau manggut-manggut lagi, ia bertambah heran saja dengan kakek ini yang entah dari mana datangnya.

“Boleh Kakek bertanya lagi, Dimana Abdullah Itu?”

Wah pertanyaan apa lagi ini pikirnya, untuk yang satu ini ia menjawab “Di Depan Kakek , Inilah Abdullah... ”.

Si Kakek Tua hanya geleng-geleng kepala dan merenung sejenak, si Ustad terbawa suasana merenung seperti kakek ini dan tiba-tiba beliau menepuk bahu sang Ustad dan memanggil nama nya “Abdullah…….!”.

Ia jawab dengan Spontan “Ya Kek!”.

Kakek itu tersenyum lebar dan kemudian mengatakan :

“Anakku, Barusan kakek merasakan adanya Abdullah, karena bagimu Abdullah itu tidak ada, jika Kau pegang tanganmu, itu Tangan Abdullah..!, jika kau pegang Keningmu, Itu Kening Andullah..!, jika kau pegang kepalamu, itu Kepala Abdullah..!, Jika kau pegang tangan dan kakimu, itu adalah tangan dan kaki Abdullah.!, lalu…..DIMANAKAH ABDULLAHITU?!

 Abdullah Itu ada saat begitu banyak orang merasakan banyaknya manfaat kehadiran dirimu, sehingga banyak orang menyebut namamu Anakku...”.

"Demikianlah perumpamaan Alloh Swt, Sesungguhnya Alloh itu sudah Ada sebelum apapun ada dimuka bumi ini, Alloh itu sudah ada bahkan jikapun Bumi tidak diciptakan olehnya, Tapi Alloh itu Tidak Ada Bagimu, Jika kamu tidak pernah mengerti tentang-NYA,
Kau sebut langit itu adalah langit ciptaan Alloh, kau sebut Api itu Api ciptaan Alloh, Kau Sebut Air, itu adalah Air Ciptaan ALLOH, lalu dimanakah Alloh?
Dimanakah Alloh? Alloh itu ada bagimu,

Bila kau selalu menyebut nama-NYA, kau zikirkan setiap hembusan nafasmu, Maka Dia slallu ada bersamamu, Maka Alloh itu Ada Bagimu, karena ada dan tidak adanya dirimu, Alloh Itu Tetap Ada..!!", demikian si Kakek menjawab panjang.

Subhanallah, pagi yang indah bagi si Ustad muda, sebuah ilmu yang tidak mungkin ia dapatkan di bangku kuliah...Allahu Akbar! Allahu Akbar! Walillahilhhamdu..

Sebelum perpisahan dengan kakek itu , ia masih penasaran dengan Perumpamaan Pelita yang ditanyakan tadi, sang Kakek lanjut menjelaskan :

“Pelita itu tidak bisa kamu sebut Pelita tanpa ada Apinya... ketika Pelita itu tidak ada Apinya dia hanya bisa disebut Kaleng Cat Minyak yang berisi minyak tanah dan bersumbu, itu saja.....Baru Bisa Kau sebut Pelita apabila kau berikan Api disumbunya....,ini bermakna demikianlah manusia, ketika ruhnya tidak ada, itu hanya bangkai yang berjalan, yang perlu kau hidupkan setiap hari adalah ruhnya, sehingga dia bisa menerangi dan memberikan manfaat bagi sekitarnya...”.

Allohu Akbar! Teriak bathin si Ustad muda.

Kembali sebuah nasehat yang luar biasa di pagi ini bagi nya, dan ketika sebelum ia cium tangannya, Sang Kakek ini membisikan ke telinga,

 “Anakku, Ingat saat Api diatas pelita itu ditiup, Api menghilang, tak berbekas dan kau tidak bisa melihatnya lagi, bahkan bentuk , rasa sudah tidak bisa kau lihat, bahkan kau tanyakan seribu kali kemana perginya Api kau tidak akan bisa menjawabnya...,Demikianlah dengan RUH anakku, saat dia pergi dari jasadmu dia tidak akan membentuk apapun , dia raib sebagaimana Zat yang menciptakannya,DIA-lah ALLOH Swt....

 Maka rawat dengan benar ruh yang ada dalam jasadmu.....

Assalamualaikum”.
“Wa’alaikumsalam” jawab si Ustad sembari menitikaan Air Mata, “Ya Alloh, Pagi kali ini terasa indah bagiku, Aku ingin bertemu lagi dengan pagi-pagi berikutnya Ya ALLOH dalam limpahan ilmu” ia berdoa dalam hati..Hingga hari ini, ia tidak menemukan bahkan tidak pernah mengenal nama kakek itu & tidak pernah ia lihat lagi seumur hidupnya....

Semoga manfaat..
صباح الخير فى عون الله


Kisah Teladan : Birrul Walidain / Berbhakti Kepada Kedua Orang Tua




_*Pentingnya Berbakti Kepada Orang Tua*_

Kebaikan dan ajaran untuk berbakti kepada orang tua telah disebutkan dalam al Qur’an dan hadits, sebagaimana tercantum dalam hadits yang berikut ini:

“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah. Jika ingin, engkau bisa menyia – nyiakannya atau jagalah ia” begitulah sabda yang diucapkan Rasulullah SAW mengenai keutamaan berbakti kepada orang tua.

Pentingnya berbakti kepada orang tua juga tercantum dalam ayat berikut :

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan apapun. Dan berbuat baiklah kepada ibu dan bapakmu” (An-Nisa 4:36)

Kisah – Kisah Teladan Berbakti Kepada Orang Tua
Telah banyak kisah – kisah teladan yang menceritakan bagaimana mulianya jika kita menunjukkan bakti yang sangat besar kepada orang tua. Berikut ini ada beberapa kisah yang bisa kita simak, yaitu:

1. Kisah Pertama

Dalam ajaran Islam, peran ibu dalam keluarga lebih dimuliakan daripada peran ayah dalam keluarga tanpa mengecilkan peran ayah tentunya. Simaklah salah satu kisah ini:

Ibnu Umar suatu hari melihat seseorang sedang melaksanakan tawaf sambil menggendong ibunya. Orang itu kemudian bertanya kepada Ibnu Umar, apakah dengan begitu dia sudah membalas budi kepada ibunya. Ibnu Umar menjawab, bahwa belum setitikpun kasih ibunya terbalas walaupun sebanyak satu erangan saja ketika melahirkannya. Akan tetapi karena dia sudah melakukan perbuatan baik, maka Allah akan memberi balasan padanya terhadap sedikit amal baik yang dia lakukan. (Kitab Al Kabair, karya Adz Dzahabi)

2. Kisah Kedua

Pendidikan agama dalam keluarga akan membantu pribadi anak agar terbentuk menjadi orang yang soleh dan taat kepada agama serta menghormati orang tua.

Kisah ini tentang Ali bin abi Thalib yang sangat menghormati ibunya. Orang lainpun tahu akan hal tersebut. Suatu ketika, ada orang yang bertanya mengapa ia tidak pernah terlihat makan bersama ibunya. Ali menjawab bahwa ia takut mendurhakai ibunya kalau sampai mengambil makanan yang telah dilirik oleh sang ibu. (Kitab Uyunul Akhyar, Ibnu Qutaibah)

3. Kisah Ketiga

Adab terhadap orang tua yang benar ditunjukkan dalam kisah berikut ini:

Abu Hurairah yang tinggal berbeda rumah dengan ibunya, selalu menyempatkan diri untuk berdiri di depan pintu sang ibu dan mengucapkan “Keselamatan  dan rahmat Allah serta barokahnya untukmu wahai ibuku”. Kemudian dijawab oleh sang ibu “Dan keselamatan serta rahmat Allah serta barokahnya untukmu wahai anakku”. Lalu setelah itu Abu Hurairah berkata, “Semoga Allah menyayangimu karena telah mendidikku sejak kecil.” Lanjut ibunya membalas “Dan semoga Allah memberi rahmat kepadamu karena telah berbakti kepadaku saat aku berusia lanjut.” Hal yang sama juga dilakukan oleh Abu Hurairah saat dirinya akan memasuki rumah. (Kitab Adab Al – Mufrad, Imam Bukhari).

4. Kisah Keempat

Jika kita belajar memberi penghormatan yang sepantasnya kepada orang tua, maka kita juga akan mengetahui bagaimana cara menghargai orang lain dengan benar.

Cerita berikut dari Ibnu Mas’ud, sahabat Nabi. Suatu malam ibunya meminta air minum kepada Ibnu Mas’ud. Ketika dibawakan, ternyata ibunya sudah tertidur. Ibnu Mas’ud lalu memegang gelas berisi air itu sampai pagi, menunggu ibunya terbangun. (Kitab Birrul Walidain, Ibnu Jauzi).

5. Kisah Kelima

Kisah ini tentang seseorang yang tahu cara menghormati orang tua dengan baik:

Kisah ini diceritakan oleh Sufyan bin Uyainah. Ada seorang yang ketika pulang ke rumah dari bepergian, dia melihat ibunya sedang shalat. Karena segan duduk sementara ibunya mengerjakan shalat, maka ia berdiri menunggu sampai ibunya selesai. Ketika ibunya tahu kalau ia menunggu, maka dipanjangkan shalatnya oleh sang ibu agar sang anak mendapat pahala yang semakin besar. (Kitab Birrul Walidain, Ibnu Jauzi)