Tampilkan postingan dengan label Wahab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wahab. Tampilkan semua postingan

Jumat, 17 Agustus 2018

K.H. A. Wahab Chasbullah : Qurban Sapi Untuk Delapan Orang




Ketika Mbah Wahab Hasbullah Memperbolehkan Kurban Sapi untuk Delapan Orang

Alkisah seorang menghadap Al Maghfurlah KH Bisri Syansuri Denanyar. Kepada Mbah Bisri dia mengadu, betapa ingin berkurban bersama dengan kakak-adiknya yang berjumlah 8 orang dengan seekor lembu. Tapi bukankah sapi hanya boleh diserikati tujuh shahibul qurban saja?

"Ya gimana ya", ujar Mbah Bisri. "Satu sapi itu menurut fekihnya hanya untuk bertujuh itu."

"Jadi meski adik saya yang paling kecil itu masih agak kecil, ndak boleh berdelapan Mbah?"

Mbah Bisri yang terkenal amat teguh memegangi dalil itu menggeleng lemah.

"Meski sapinya gemuk?"

Dengan senyum prihatin, Mbah Bisri tetap menggeleng.

"Padahal kami ingin seperti wasiat almarhum Bapak dan Ibu, selalu kompak dunia akhirat. Termasuk soal qurban, inginnya besok berdelapan masuk surga mengendarai sapi yang sama", agak basah mata lelaki berusia empatpuluhan itu. Pemahaman khas masyarakat kampung semacam ini, tak aib jika dihormati.

Lalu orang ini menghadap Almaghfurlah KHA Wahab Chasbullah.

"O tentu saja boleh", jawab Mbah Wahab yang membuat pria itu terenyak.

"Wah, boleh Mbah qurban sapi untuk berdelapan?"

"Lha yo boleh. Tapi.."

"Tapi gimana Mbah?"

"Adikmu yang paling kecil itu kan masih agak kecil ya?"

"Iya Mbah."

"Nha, kalau nanti mau naik ke sapi kan agak susah itu ya? Ngrekel-ngrekelnya itu lho.."

"Lha terus gimana Mbah?"

"Mbok kamu tambahi kambing satu ekor biar buat ancik-ancik, buat pijakan naik ke sapinya."

"Wah, siap Mbah kalau begitu."

#kebijakanlokal
#mengatasi
#masalah







Senin, 23 Juli 2018

Alimnya K.H. Bisri Syansuri, Arifnya K.H. A. Wahab Chasbullah



KH. A. Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri muda adalah teman mondok yg nyaris tak pernah akur. Mbah Wahab yg kuat dalam Ilmu Ushul terkesan longgar fikihnya, sedangkan Mbah Bisri yg kokoh dalam Ilmu Fiqih tampak ketat hukumnya. Dari Isya' sampai Shubuh ngotot-ngototan kedua santri itu sering tak usai.

Tapi lawan debat adalah kawan berjuang. Wahab muda tahu, Bisri muda yg ngeyelan ini kelak akan jadi mitra yg tangguh. Maka bagaimana cara mengikatnya?

"Sampeyan mau naik haji?" ujar Mbah Wahab suatu waktu.

"Ya jelas mau", sahut Mbah Bisri, "Tapi fikir-fikir dulu saya ini."

"Berangkat ya bareng aku. Tenang, insya Allah aku yg mbayari."

"Yang benar?"

"Iya."

Maka merekapun berjanji berangkat bersama dengan kapal dari Pelabuhan Surabaya. Di hari yg disepakati pada suatu Syawal, merekapun bertemu.

"Sepurane", ujar Mbah Wahab, "Sampeyan berangkat sendiri ya. Aku ada urusan lain yg tidak bisa ditinggal. Terus sekalian titip adikku ya. Ini Dek Khadijah juga mau naik haji."

"Wah", sahut Mbah Bisri.

"Kenapa?"

"Lha ajnabi itu. Masak dititipkan?"

"Ya sudah. Dihalalkan ya. Ini sudah kusiapkan maharnya, juga aku bawa saksinya. Kalian akad nikahan di sini saja sebelum berangkat. Wis bismillah, aku Walinya Dek Khadijah."

"Mati aku", gerutu Mbah Bisri menepok jidat. Dan pasangan Bisri-Khadijah pun menikah, menjadi keluarga berkah, penuh sakinah, diguyuri mawaddah, dianugerahi rahmah. Bahagia sekali Mbah Wahab punya adik ipar seperti Mbah Bisri, kelak merupakan mitra yg dahsyat membangun Nahdhatoel Oelama di sisi Hadhratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari.

Lahum al-Fatihah.....