Senin, 03 Juni 2019

Ujian Calon Ulama "Segelas Air Susu Laut"

MBAH KHOLIL DAN SEGELAS AIR SUSU DI LAUT


Syahdan, Mbah Kholil Bangkalan Madura memanggil tiga santrinya, Mbah Manab (kelak menjadi pendiri Lirboyo) dan dua orang santri lainnya. "Anu Cung, tolong sampean carikan air susu di laut."

Saling pandang sejenak, ketiganya menjawab kompak, "Enggih, Kiai..."

Setelah pamitan mereka langsung berangkat. Dengan bekal keyakinan bahwa dawuh guru walaupun kelihatan mustahil tetap harus dilaksanakan. Selama tiga hari tiga malam mencari di lautan, ternyata hasilnya nihil.

Di tengah keputusasaan ketiganya bermusyawarah. "Bagaimana ini?"

"Lha iya, kalau kita jawab tidak ada berarti kan sama saja mengatakan guru kita tidak tahu, bodoh?" "Seperti beli rokok di toko bangunan," jawab lainnya.

"Wah gini saja, bagaimana kalau kita jawab 'Kami belum menemukan, Kiai,'" kata yang ketiga. Yang akhirnya jawaban ini disetujui dua orang temannya.

Lalu ketiganya sowan kembali ke Mbah Kholil, dan mengatakan kalau belum menemukan.

"Oh gitu. Ayo kalian ikut saya," kata Mbah KH. Kholil singkat.

Kemudian beliau mengajak ke tepi laut. Mengeluarkan gelas yang dibawa dari rumah dan mengambil air laut dengan gelasnya. Aneh bin ajaib, ternyata air laut itu berubah menjadi susu! "Sekarang mintalah kepada Allah keinginan kalian, dengan lantaranku." Ucap Mbah Kholil.

Dua orang santri pertama meminta agar kaya raya. Sedangkan Mbah Manab meminta ilmu yang bermanfaat. Kelak keinginan mereka terkabul. Dua orang santri itu benar-benar kaya raya, namun kekayaannya habis berbarengan dengan meninggalnya. Sedangkan Mbah Manab bisa mendirikian Pondok Pesantren Lirboyo yang santrinya menyebar ke seluruh Nusantara.

(Sumber kisah: Kiai Anwaril Mustofa dari KH. Fathoni Tanggungharjo Grobogan Jawa Tengah via fp IlmuTasawuf.com dan Pustaka M2HM).


Senin, 11 Maret 2019

Nasihat Imam Ghozali





*MENGENAL BEBERAPA NASEHAT IMAM GHOZALI KEPADA ANAKNYA*

*1. Wahai anakku*, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin, agar engkau dapat mengamalkan dan memberi manfaat untuk dirimu, serta dapat mengajar, menunjukkan dan mengajak umat manusia dalam mengamalkan ilmu tersebut. Belajarlah engkau agar dapat memperdalam ilmumu dengan jalan mengambil pelajaran dari hidup dan kehidupanmu serta mendapatkan jalan keluar dalam menempuh kehidupan duniawi dan ukhrawi. Janganlah engkau menpelajari suatu ilmu tetapi ilmu itu akan mencelakai dirimu dan jangan sampai ilmu tersebut menjadi pengikat atau pencegah gerak langkahmu dalam berpijak, ini karena piciknya pikiranmu dalam mengartikan ilmu yang akhirnya ilmu yang engkau miliki dapat menjadi jurang pemisah antara kehidupan dan hati nuranimu.

*2. Wahai anakku*, orang yang ’alim patut menjadi uswah (teladan) bagi umat manusia dalam bekerja (mencari harta), karena dia lebih mengerti cara mencari dan menafkahkan hartanya kejalan yang halal. Dan  juga memiliki nur ilmu yang akan memberi petunjuk kepada kita dikala jual beli, utang piutang, bercocok tanam, berdagang dan menginfakkan hartanya.

*3. Wahai anakku*, bukan perbuatan hina apabila seorang pelajar bercocok tanam atau membantu orang tuanya bercocok tanam. Sesungguhnya perbuatan hina itu ialah: apabila hanya mengejar-ngejar infak dan sedekah serta menggantungkan diri kepada belas kasihan orang lain atau hanya selalu menantikan sisa makanan dari orang lain.

*4. Wahai anakku*, sesungguhnya Rasullallah saw. pernah menggembalakan kambing sebelum diutus menjadi nabi, kemudian beliau berdagang sampai beliau diutus menjadi Nabi dan beliau tidak pernah meninggalkan usaha untuk hidup serta kehidupannya, yang akhirnya rezki beliau datang dari hasil ghonimah (rampasan perang) sebagaimana Imam Ahmad, Bukhari dan lainya meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah ra., dari Nabi saw. beliau telah bersabda: “Allah tidak mengutus seseorang Nabi, kecuali dengan mengembalakan kambing terlebih dahulu.” para sahabat mengajukan pertanyaan “apakah engkau juga demikian wahai Rasullallah? “Ya, aku mengembala kambing di ladang sebelah sana, milik penduduk makkah.” Berdagangpun telah di lakukan dalam kehidupan Rasullallah saw. Adapun hadist-hadist shahih yang menerangkan bahwa sesungguhnya Nabi saw. Bekerja sama dengan Khatijah untuk berdagang sebelum beliau di utus menjadi Nabi. Imam Ahmad meriwayatkan hadist dari Ibnu Umar, dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Aku di utus dengan mengangkat pedang (berperang) di zaman akhir, sampai Allah saja yang diabadi, tidak ada yang menjadi sekutu bagi-Nya. Dan rezkiku datang dari bawah anak tombak”.
Abu Bakar Ash-Shiddiq, juga seorang saudagar dari saudagar yang besar dan pekerjaan inipun berhenti setelah menjadi khalifah pertama. Demikian juga para shahabat Nabi yang lain dan para tabi’in serta para “Salafus Shalih”, selalu bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Dien yang mereka miliki tidaklah mencegah dirinya dari pergaulan dengan umat manusia dalam usaha mencari rezeki yang halal, tetapi mereka bahkan menjadi teladan didalam cara bekerja.

*5. Wahai anakku*, sesungguhnya engkau akan mengetahui banyak ilmu syara’ dalam ajaran islam, baik itu masalah jual beli, gadai, sewa menyewa, berdagang, bercocok tanam dan sebagainya. Karena itu beramallah sesuai dengan ilmu yang telah engkau miliki dan ajarkan umat manusia, sehinga  Allah swt. akan melipatgandakan pahalamu dalam beramal dan menyebar luaskan ilmu.

*6. Wahai anakku*, janganlah engkau berpendapat seperti orang-orang yang bodoh yang mengatakan bahwa tawakal (berserah diri kepada allah) ialah dengan meninggalkan usaha (bekerja) dan berserah begitu saja kepada takdir (ketentuan Allah). Sesungguhnya seorang petani yang bercocok tanam di sawah pada waktu siang dan malam merupakan contoh petani yang bertawakal kepada Allah, asalkan niatnya baik dan benar. Petani itu menerbahkan benih di sawah ladangnya, memelihara dengan baik dan setelah itu berhasil atau tidaknya dalam bertani diserahkan sepenuhnya kepada Rabbnya, kalau kiranya Allah menghendaki tentu akan tumbuh semi yang baik sehingga sehingga membawa hasil tujuh ratus kali lipat dari benih aslinya dan apabila Allah menghendaki tidak tumbuh, maka sama sekali tidak akan membawa hasil. itulah sebaik-baik tawakal yang tidak sertai kesedihan dan kebencian apabila tidak berhasil seperti yang kita harapkan.

*7.Wahai anakku*, zuhud (tidak terikat pada dunia) bukan berarti meninggalkan usaha (bekerja), tetapi zuhud ialah menghindarkan diri dari harta keduniawian di dalam diri. Apabila engkau bekerja sesuai hajat kebutuhan hidupmu dan memberi peretlongan kepada orang-orang yang lemah, serta bersedekah kepada orang-orang fakir dan engkau tidak berkeinginan untuk memupuk harta kekayaan kecuali dengan jalan yang dibenarkan oleh Allah, digunakan untuk beribadah keada-Nya. *Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari (keni’matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaiamna Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)*










Rabu, 13 Februari 2019

Hari Kelahiran Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari






14 FEBRUARI ADALAH TANGGAL LAHIR HADRATUSY SYAIKH KH MUHAMMAD HASYIM ASY'ARI

14 Februari 1871 M, adalah hari lahir pendiri Nahdlatul Ulama, Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari.

Mari kirim al-fatikhah utk beliau, .
Ila ruhi Simbah KH HASYIM ASY'ARI wa zawjatihi wa dzurriyahitihi wa furu’ihi wa silsilatihi wa muridihi wa muhibbihi ya Allah... wa muhibbihi ya Allah ... wa muhibbihi ya Allah... syaiun lillahi lana wa lahum Al Fatihah...

Ingatkah Anda? Hari Lahir “Sang Kiai” Tertutup Euforia Valentine?

Tanggal 14 Februari adalah hari yg pada umumnya muda-mudi di seluruh dunia, khususnya negara2 barat, memperingati Valentine Day, hari kasih sayang. Valentine Day adalah hari untuk memperingati kematian J. Valentine, seorang pastur yg mati dibunuh karena tidak bisa berpisah dgn kekasihnya setelah melakukan hubungan terlarang. Naudzubillah.

Kalau kita membaca sejarah Islam di Indonesia, 14 Februari juga adalah hari yg bersejarah bagi rakyat Indonesia, khususnya kalangan kaum pesantren dan pengikut jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU). Kenapa demikian? Karena tercatat dalam sejarah, tokoh sentral pendiri NU sekaligus pendiri Pesantren Tebuireng Jombang, Hadratusyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada tanggal itu, Selasa Kliwon, 24 Dzul Qo’dah 1287 H, bertepatan dgn tanggal 14 Februari 1871 M. (Profil Pesantren Tebuireng, Pustaka Tebuireng: Jombang, 2011, cetakan pertama, hal. 38)

Tidak diraguan lagi, peranan Beliau sangat penting sekali bagi perkembangan agama Islam di Indonesia. Beliau mendirikan Pesantren Tebuireng pada tahun 1899 M. dimana hampir sebagian besar pondok Pesantren di Jawa dan Sumatera lahir dari rahim Pesantren Tebuireng dan kyai2nya yg pernah nyantri kepada Mbah Hasyim.

Selain itu, Hadratusyaikh juga berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau mengajak para santrinya untuk berjuang melawan penjajah. Menurut Beliau, berjuang melawan penjajah hukumnya fardlu ‘ain, wajib bagi setiap orang muslim Indonesia.

Pada tanggal 22 Oktober 1945 M, beliau mengeluarkan fatwa jihad yang isinya.

“Hukum membela negara dan melawan penjajah adalah fardlu ‘ain bagi setiap mukallaf yang berada dalam radius 88 KM. Perang melawan penjajah adalah jihad fi sabilillah. Oleh karena itu orang Islam yang mati dalam peperangan itu adalah syahid…” (dikutip dari film Sang Kiai).

Fatwa jihad ini kemudian dikenal dgn istilah Resolusi Jihad. Perjuangan Hadratusyaikh dalam membela tanah air tercermin dalam film SANG KIAI, sebuah film perjuangan yang diproduksi oleh Rapi Films pada tahun 2013.

Oleh sebab itu, sebagai muslim Indonesia khususnya Nahdliyin, tidak perlu ikut2an untuk merayakan hari valentine. Karena disamping tidak ada manfaatnya untuk rakyat Indonesia, dikhawatirkan juga akan mengurangi nilai keimanan seorang muslim. Justru sebaliknya kita seharusnya memperingati 14 Februari sebagai hari ulang tahun Hadratusyaikh, dgn cara2 yg bermanfaat.

www.tebuireng.online

#NahdlatulUlama
#GMNUCyberTeam




Jumat, 08 Februari 2019

Ke-NU-an


Ke - NU - an




“Logo Nahdlatul Ulama”

I.      Latar Belakang Berdirinya Nadlatul ‘Ulama
             Jam’iyah Nahdlatul Ulama berdiri pada tanggal 16 Rajab 1344 H., bertepatan dengan 31 Januari 1926 M. di Surabaya.Pendirinya adalah KH. Wahab Hasbullah, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Bisri Jombang, KH. Ridwan Semarang dll.
             Latar belakang berdirinya Nahdlatul Ulama, tidak bisa dilepaskan dari keadaan Umat Islam Indonesia saat itu, hal ini dapat dilihat dari dua sisi.Pertama, Umat Islam Indonesia pada saat itu sedang berada dalam cengkraman kaum penjaja Belanda, sehingga ketentraman umat Islam dalam menjalankan ibadah banyak terganggu, sebab hak-hak mereka dirampas oleh kaum penjajah. Kedua,munculnya gerakan pembaruan Islam yang berfaham wahabi, dengan menentang tradisi umat Islam yang sudah sejak lama ada di Indonesia, sebagai warisan dari para wali. Mereka beranggapan bahwa keislaman masayarakat Nusantara waktu itu belum sempurna, karen penuh dengan praktek-praktek tahayul, bid’ah dan khurafat. Tuduhan syirik pun tak jarang dialamatkan pada umat islam Indonesia yang berpegang pada tradisi. Bukan hanya itu, mereka juga telah membentuk kekuatan melalui pendirian organisasi-organisasi yang berfaham Wahabi.
             Selain kedua faktor yang terjadi di Indonesia tadi, ada juga faktor internasional, yaitu; kebijakan Raja Abdul Aziz bin Suud (Saudi Arabia) yang mematenkan satu faham keagamaan saja, yaitu wahabi, dengan melakukan pelarangan bermadzab, larangan berziarah ke makam Syuhada’ dan makam Rosulullah (Bahkan mereka bermaksud menghancurkan kubah hijau makan Rosulullah SAW di Madinah), berdoa, bertawasul dilarang keras, tidak boleh membc sholawat Dalailul Khoirot sebab kesemuanya dipandang sirik dan bid’ah. Parahnya lagi, Raja ini bermaksud mengadakan Muktamar Khilafah untuk mengukuhkan dirinya, menggantikan daulah Usmaniyah, sebagai pusat kekuasaan Islam.Umat Islam dari seluruh dunia diundang, termasuk juga Indonesia.
             Delegasi Indonesia diwakili oleh tokoh Syarikat Islam, Muhammadiyah dan dari kalangan Pesantren.Namun dari kalangan Pesantren, ditolak, sebab tidak mewakili organisasi. Padahal kalangan Pesantren sangat berkepentingan dalam muktamar itu, mereka akan mengusulkan kepada raja Suud, agar memberikan kebebasan dalam bermadzhab. Olah karena itu, KH. Wahab Hasbullah, mengumpulkan tokoh-tokoh Pesantren se-Jawa dan Madura, yang menghasilkan keputusan untuk membentuk komite Hijaz sebagai utusan resmi dari kalangan Pesantren.
             KH.Hasyim Asyari menyarankan agar Komite Hijaz ini tidak hanya untuk sekedar urusan Muktamar saja, tetapi dikembangkan menjadi organisasi permanen untuk memperjuangkan dan melestarikan ajaran Islam Ahlus-sunnah wal-jama’ah. Akhirnya usulan tersebut dispakati oleh para ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut dengan suara bulat, dan dibentuklah Jam’iyah Nahdlatul Ulama, pada tanggal 16 Rajab 1344 H. atau 31 Januari 1926 M.
             Dengan demikian, Organisasi NU ini, berdiri untuk mempertahankan ajaran Islam Ahlus-sunnah wal-jama’ah yang mengakui dan mengikuti madzhab, juga sebagai bentuk perlawanan terhadap kaum kolonial Belanda dalam perjuangan kemerdekaan.
             Selain itu, berdirinya NU merupakan ujung dari perjalanan dan perkembangan gagasan yang muncul di kalangan para kyai. Seab, sebelum lahir Nahdlatul Ulama, terlebih dahulu muncul organisasi para pedagang yang bernama Nahdlatut Tujjar (tahun 1918), kelompok diskusi Tashwirul Afkar (1922) dan gerakan pendidikan Nahdlatul Wathan.

II. Bentuk dan Sistem Organisasi Nahdlotul Ulama
A. Tujuan Nahdlatul Ulama
             Dalam pasal 5 Anggaran Dasar Nahdlatul Ulama dikatakan bahwa : “ Tujuan Nahdlatul Ulama adalah berlakunya ajaran Islam yang menganut faham Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah dan menurut salah satu dari madzhab empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahata dan kesejahteraan umat”.
             Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka Nahdlatul Ulama melaksanakan ikhtiar-ikhtiar sebagai berikut :
a.     Dibidang Agama, dengan mengupayakan terlaksananya ajaran ahlus-sunah wal-jamaah dan menurut madzhab empat, dengan melaksanakan dakwah islamiyah dan amar ma’ruf nahi munkar.
b.     Dibidang Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan. Mengupayakan terwujudnya pendidikan, pengajaran dan pengembangan kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Islam untuk membina umat.
c.     Dibidang Sosial. Mengupayakan kesejahteraan lahir-batin rakyat Indonesia.
d.     Dibidang Ekonomi. Mengusahakan pembangunan ekonomi untuk pemerataan kesempatan berusaha dan menikmati pemangunan, dengan penguatan ekonomi kerakyatan..
e.     Mengembangkan usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya khaira umma.
B. Struktur keorganisasian Nahdlatul ‘Ulama
Struktur organisasi Nahdlatul Ulama terdiri dari :
a.    Pengurus Besar, Berkedudukan di ibukota Negara
b.    Pengurus Wilayah, berkdudukan di ibukota propinsi
c.    Pengurus Cabang, berkdudukan di ibukota kabupaten/kota
d.    Pengurus cabang istimewa, berkedudukan di luar negeri
e.    Pengurus Majlis Wakil cabang, berkedudukan di ibukota kecamatan
f.     Pengurus Ranting, berkedudukan di ibukota kelurahan
Adapun, kepengurusan Nahdlatul ulama terdiri dari :
1.    Mustasyar; penasehat yang terdapat di tiap tingkat kepengurusan (kecuali tingkat ranting)
2.    Syuriyah; adalah pimpinan tertinggi nahdlatul Ulama
3.    Tanfidziah; adalah pelaksana kebijakan organisasi
C. Perangkat Organisasi Nahdlatul Ulama’
Perangkat organisasi Nahdlatul ‘Ulama terdiri atas:
1. Lembaga
             Adalah perangkat departemen organisasi Nahdlotul Ulama’ yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlotul Ulama’, khususnya yang berkaitan dengan bidang tertentu. Lembaga-lembaga tersebut adalah :
a.       Lembaga Dakwah Nahdlotul Ulama’(LDNU) bertuigas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dibidang penyiaran agama islam Ahlussunah Wal Jama’ah.
b.       Lembaga pendidikan Ma’arif Nahdlotul Ulama’ (LP. MA”ARIF. NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dibidang pendidikan dan pengajaran, baik formal maupun non formal selain pondok pesantren.
c.       Lembaga Sosial Mabarot Nahdlotul Ulama’ (LS MABAROT NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang sosial dan kesehatan.
d.       Lembaga Perekonomian Nahdlotul Ulama’ (LP. NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlotul Ulama’.
e.       Robithoh Ma’had (RMI) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan pondok pesantren.
f.        Lembaga Kemasyarakatan Keluarga Nahdlotul Ulama’ (LKKNU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang kemaslahatan keluarga, kependidikan dan lingkungan hidup.
g.       Lembaga Tamir Masjid Indonesia (LTMI) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan dan kemakmuran masjid.
h.       Lembaga kajian dan pengembangan sumber daya manusia (LAKPESDAM) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ dalam bidang kajian dan pengembangan sumber daya manusia.
i.         Lembaga Seni Budaya Nahdlotul Ulama’ (LESBUMI NU) bertugas melajsanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang seni dan budaya.
j.        Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlotul Ulama’ (LPBH NU) bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang Penyuluhan dan bantuan hokum.
k.       Jamiatul Quro’wal hiuffad bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlotul Ulama’ di bidang pengembangan seni baca dan metode pengajaran dan hafalan Al Qur’an.
2. Lajnah
                   Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ untuk melaksanakan program Nahdlotul Ulama’ yang memerlukan penanganan khusus.
a.       Lajnah Falaqiyah bertugas mengurus masalah hisab dan ru’yah.
b.       Lajnah Ta’lif Wanafsir bertugas di bidang penerjemahan, penyusunan dan penyebaran kitab-kitab menurut faham Ahlussunah Wal Jama’ah.
c.        Lajnah Auqof bertugas menghimpun dan mengelola tanah serta bangunan yang diwakafkan kepada Nahdlotul Ulama’.
d.       Lajnah Waqof Infaq dan Shodaqoh bertugas menghimpun, mengelola dan mentasarufkan zakat, infaq, dan shodaqoh.
e.        Lajnah Bahtsul Masail Diniyah, bertugas menghimpun, membahas dan memecahkan masalah maudzuiyah dan waqiiyah yang harus segera mendapat kepastian hokum.
3. Badan Otonom
                   Adalah perangkat organisasi Nahdlotul Ulama’ yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlotul ULlama’, khususnya yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu yang beranggotakan perseorangan.
1.     Jam’iyah ahli thoriqoh mu’tabaroh annahdiyah, badan otonom yang menghimpun pengikut aliran thoriqoh yang Mukhtabar di lingkungan Nahdlotul Ulama’.
2.       Muslimat Nahdlotul Ulama’ (Mulimat NU) menghimpun anggota perenpuan Nahdlotul Ulama’.
3.       Fatayat Nahdlotul Ulama’ (Fatayat NU) menghimpun anggota perempuan muda Nahdlotul Ulama’.
4.       Gerakan Pemuda Ansor (GP ANSOR) menghimpun anggota pemuda Nahdlotul Ulama’
5.       Ikatan Pelajar Nahdlotul Ulama’ (IPNU) menghimpun pelajar, santri, dan mahasiswa laki-laki.
6.       Ikatan Pelajar Putri Nahdlotul Ulama’ (IPPNU) menghimpun pelajar, santri dan mahasiswa perempuan.
7.    Ikatan Sarjana Nahdlotul Ulama’ (ISNU) menghimpun para sarjana dan kaum intelektual di kalangan Nahdlotul Ulama’. 
8.    Pagar Nusa menghimpun para anggota Nahdlotul Ulama’dalam bidang bela diri pencak silat.



http://ipnuippnubumiayu.blogspot.com/2015/08/materi-makesta-ke-nu-an.html?m=1

Kamis, 07 Februari 2019

Kader NU


*MENAKAR MILITANSI KE-NU-AN*

Hanif Dakhiri (menaker RI) menyampaikan ada 4 macam kader NU dalam perspektif Nahwu :

*1. Kader Jazm*
Jazm, tanda asli i'robnya sukun, artinya mati. Kader jazm, hati dan pikiran nya mati. Tidak peduli NU atau tokoh-tokoh NU dibully, difitnah. Tidak peduli NU NU mau maju atau mundur. Dalam dirinya hanya ada merasa sebagai bagian dari warga NU.

Posisinya pun tergantung amil jazm. Bahkan pada beberapa kondisi, ia harus membuang salah satu (huruf) miliknya. Kehilangan bagian dirinya.

Kader jazm, ke-NU-annya 1 - 25 %. Setara emas 1 - 6 karat.

*2. Kader Jarr*
Jarr, atau khofad, tanda asli i'robnya adalah kasroh. Khofad, artinya rendah. Kasroh artinya pecah. Kader jarr, orientasinya adalah perpecahan dan kerendahan (mundur). Kadarnya sudah lebih baik dari jazm, namun masih melekat pragmatisme, individualisme, egoisme, rasisme, dll. Karena di dalamnya ada goir munsorif juga.

Kalau ada Kyai Tokoh NU berbeda pandangan, kader jarr malah suka hanyut ikut memanas-manasi konflik dan menjelekkan salah satu Kyai NU. Bahkan bersuka cita dengan khilafiyah tersebut dan menyebarkan gosip ke tetangga juga lebih respek kepada tetangga daripada kyai dan habaib NU sendiri. Padahal, seharunya akhlak santri adalah membela kyainya dari serangan tetangga, atau diam dan berdo'a agar di butakan dan ditulikan dari "aib gurunya", "kekurangan kyainya". Husnudzon dan ta'at pada kyai, apapun yg terjadi.

Kader nashob, kadar NU-nya 26-50%. Setara emas 7 - 12 karat.

*3. Kader Nashob*
Tanda asli i'rob nashob, adalah fathah. Nashob artinya datar, stagnan. Fathah artinya terbuka. Kader nashob, terbuka bagi siapapun dan apapun. Apa saja masuk sebagai manifestasi fathah (terbuka). Ia menerima A, B, C, D, dan lainnya. Tapi tidak satupun dari A, B, C, dan D atau lainnya yang menerima kader nashob secara terbuka. Karena mereka menyadari kader nashob ada maunya : objek (maf'ul bih), penguatan (m. mutlak), eksistensi (haal), numpang tempat (d makan), numpang waktu (d zaman), alasan (m. liajlih), numpang beken (m. ma'ah), dll..

Posisinya tergantung amil nashob, bahkan dalam beberapa kondisi, ia harus membuang nun rofa (identitas keluhuran).

Kader nashob, sudah lebih baik dari jazm, dan jarr. Kadar NU-nya 51 - 75 %, atau emas 13-18 karat. Namun, nashoblah yang paling banyak dalam i'rob. Dengannya, NU menjadi dinamis.

*4. Kader Rofa*
Tanda asli i'rob rofa adalah dlommah. Rofa artinya luhur, tinggi. Dlommah artinya berkumpul, solid.

Kader rofa' memiliki niat dan perilaku yang luhur, mulia, dan terhormat. Mereka adalah para pelopor (mubtada), pendamping pelopor (khobar), aktivis militan (fa'il), pengganti aktifis militan (na'ibul fa'il), dan para pengikut kader rofa' (tawabi).

Kader rofa' atau kader dlommah, adalah kader NU yang solid, bercita2 luhur, berprilaku luhur, kompak berjam'iyyah dan berjama'ah seperti dalam sholat. Berjajar rapi mengikuti instruksi imam. Imamnya ruku, ma'mum ruku, imam sujud, ma'mum sujud, dan sebagainya dalam satu harmoni, dalam satu tujuan : *mengharap ridho dan Allah, lillahi ta'ala*. Innaa solaati, wa nusuki, wa mahyaaya, wa maati, lillahi robbil 'alamin.. Hidup dan mati mereka hanya untuk Allah, berjumpa dengan Rabbnya di taman firdaus, a'la faroodisil jinaan..

Kader Rofa' ke NU-an nya sudah lebih bail dari jazm, jarr, dan nashob, atau kisaran 76 - 100 %. Jika dalam emas, setara 19 - 24 karat, emas murni yg bernilai sangat tinggi.

Demikian yang beliau sampaikan, mudah-mudah bermanfaat, menjadikan kita kader rofa' yg orientasinya adalah surga.

Kenapa surga?

Karena saat ini, hadiah surga telah direbut oleh extremis kanan, yg rela ngebom demi "bidadari".

Mari bung, rebut kembali identitas Aswaja An-Nahdliyah yg telah direbut tetangga : subuh mengaji, magrib mengaji, dan gaya2 dakwah yg sesuai zaman : kearifan lokal. Jangan jumud, karena kita punya kaidah :

المحافظة على القديم الصالح والاخذ بالجديد الاصلاح .

Jangan-jangan, substansi ini juga sudah mereka rebut?

Lihat lah, kini anak-anak muda kita sudah "hijrah" ke mereka.

Lihat juga Bos HP Nokia yg mengatakan :

"Saya tidak melakukan kesalahan, tapi saya tidak mengerti mengapa saya kalah (menghilang dari pasaran)"

Hari ini, Nokia dikalahkan Android, pasar bebas untuk para smartphone.

Ya, bisa jadi Nokia tidak melakukan kesalahan apapun, tapi satu kesalahan besar yang sebenarnya mereka lakukan adalah : lambat berinovasi dan bergerak. Betah dalam zona nyaman.

Bisa juga, NU tiba-tiba hilang dari peradaban Nusantara, jika para kadernya lambat *berinovasi*, *berkolaborasi*, dan lambat merespon *digitalisasi*. Lambat mengupgrade ke i'rob rofa menjadi mubtada.

Sekian, semoga bermanfaat. Intisari dari Narasumber, alur tulisan dari penulis.

Jika ini baik, mudah-mudahan untuk Nusantara, jika ini tidak baik, mak untuk saya sendiri.

Wallahul muwafiq ila aqwamit thoriq..

-- Sebarkan, untuk Arus Baru Se Abad Nahdlatul Ulama.

----

Oleh : Kang Ichsan
Sukabumi, 29 Desember 2018

🙏
WA repost









Rabu, 06 Februari 2019

Dakwah Sayyid Badruddin di Kalangan Pelacur


*PELACUR BERBONDONG-BONDONG SHALAT JAMAAH*

Ketika kabar keberadaan rumah pelacuran di pinggiran kota Damaskus tersebar di tengah masyarakat,beberapa tokoh kemudian mengadukan hal itu kepada Sayyid Badruddin bin Yusuf Al-Hasani. Beliau adalah ulama dan wali besar yang dikenal seantero negeri Syam, baik oleh kalangan ulama, awam, pemerintah bahkan para pelacur sekalipun.

Sayyid Badruddin lalu menyuruh murid kesayangannya, Syeikh Yahya yang kala itu sudah berusia 60 tahun untuk memberikan uang dan hadiah kepada para pelacur tersebut. Bukan main kagetnya Syeikh Yahya menerima perintah gurunya ini. Namun karena adab, beliau tetap melakukan tugas itu tanpa sedikit pun bertanya.

Syeikh Yahya lalu mendatangi rumah pelacuran dan membagikan uang serta aneka hadiah kepada mereka sambil berkata, "Guruku Sayyid Badruddin menyampaikan salam kepada kalian dan meminta kalian untuk mendoakan beliau." Salah seorang pelacur berkata, "Bagaimana mungkin ulama yang alim seperti beliau meminta doa dari kita?"

Setelah kejadian itu, ketika masyarakat hendak melakukan shalat Shubuh, mereka digemparkan oleh kedatangan para pelacur yang berbondong-bondong shalat Shubuh di masjid Sayyid Badruddin. Mereka lalu bertaubat dan berubah menjadi wanita terhormat.

Sayyid Badrudin Al-Hasani yang bergelar Khatamul Huffaz Wal Muhadditsin (penutup para Huffaz dan Muhaddits) merupakan guru-guru ulama negeri Syam saat ini. Beliau menguasai berbagai macam ilmu, khususnya ilmu tafsir dan Hadits. Beliau hafal enam kitab induk Hadits lengkap dengan syarah dan nama-nama perawinya.

Beliau mengajar dengan tingkatan murid berbeda, mulai dari ahli tafsir, ahli Hadits, ahli Fiqih, para Sufi, Mufti, Qadhi (hakim), pejabat pemerintah hingga kalangan awam, semuanya saling menunggu giliran mendengar majelis beliau sesuai tingkatannya masing-masing.

Begitulah jalan dakwah dengan hikmah, mengajak tanpa mengejek, memberikan tanpa mengharap imbalan. Semoga kita bisa menirunya...
آمين يارب العالمين

والله اعلم

"WA repost"




Kamis, 31 Januari 2019

Asal Mula Kitab Dalailul Khairat



ASAL MULA KITAB DALAILUL KHAIRAT

Suatu ketika Syekh Muhammad bin Sulaiman al Jazuli berkehendak ingin menunaikan solat Ashar. Maka beliau segera bergegas untuk mengambil air wudlu. Ketika itulah beliau menemukan sebuah sumur, tetapi tidak ada alat untuk mengambil air dari dalam sumur itu.

Tiba-tiba datanglah seorang anak kecil perempuan menghampiri beliau. Anak kecil itu berkata,” Siapakah Anda ?”, Beliaupun  memperkenalkan diri kepada anak kecil tersebut. Anak itu berkata, “Anda adalah orang yang terpuji karena kesalehan Anda.”

Setelah itu anak perempuan itu berusaha untuk mencarikan alat agar Syekh Muhammad mendapatkan air dari dalam sumur untuk berwudlu, namun tak juga menemukan yg ia cari. Akhirnya setelah kesana kemari tak berhasil, tiba-tiba ia meludah ke dalam sumur. Dan apa yang terjadi sungguh di luar dugaaan. Air sumur itu meluap hingga ke permukaan tanah. Syekh Muhammad Bin Sulaiman Al Jazulipun terkejut. Setelah berwudlu, beliau berkata kepada si anak perempuan itu, “Aku angkat tangan kepadamu. Dengan amal apakah engkau meraih kedudukan tinggi ini ?”

Si anak perempuan itu tertegun sejenak. Kemudian ia menjawab, ”Dengan banyak bershalawat untuk orang yang apabila ia berjalan di padang belantara, binatang buas akan mengibas-ibas ekornya ", yang dimaksud adalah Shalawat kepada Rasulullah SAW. Mendengar jawaban itu, Syekh Muhammad ibn Sulaiman al-Jazuli bersumpah untuk menyusun sebuah kitab yang membahas tentang Shalawat untuk Kanjeng Nabi Muhammad saw. Maka lahirlah kitab Dalail Khairat. Kitab yang berisi macam - macam Shalawat yang sangat mashur dan banyak dibaca oleh umat Islam.
Wallahu A’lam.











Rabu, 30 Januari 2019

Nguri uri Budaya Leluhur Jawa




_*Kagem pangenget-enget kula aturaken sebutan wulan lan dinten basa Jawi, Piyantun Jawi sampun ngantos ninggalaken Jawinipun.*_

A. *Wulan utawi Sasi:*

01. Wadana (Januari)
02. Wijangga (Februari)
03. Wiyana (Maret)
04. Widada (April)
05. Widarpa (Mei)
06. Wilapa (Juni)
07. Wahana (Juli)
08. Wanana (Agustus)
09. Wurana (September)
10. Wujana (Oktober)
11. Wujala (Nopember)
12. Warana (Desember)

B. *Dinten:*

01. Radite (Ahad)
02. Soma (Senin)
03. Hanggara (Selasa)
04. Buda (Rabu)
05. Respati (Kamis)
06. Sukra (Jumat)
07. Tumpak (Sabtu)

Neptunipun dinten:*

01. Ahad: 5
02. Senin: 4
03. Selasa: 3
04. Rabu: 7
05. Kamis: 8
06. Jum'at: 6
07. Sabtu: 9


C. *PEKENAN/WETON*

Pon = Jenar
Wage = Cemengan.
Kliwon = Kasih.
Legi     =. Manis
Pahing = Abritan

D. *Neptu Weton:*

01. Pahing: 9
02. Pon: 7
03. Wage: 4
04. Kliwon: 8
05. Legi: 5

_Mugi-mugi wonten paedahipun, sinambi nguri-uri budaya adiluhung kita, menawi kirang utawi lepat nyuwun koreksi, Matur nuwun._

*E. Arane Wuku*

Sawuku umure saminggu, cacahe Wuku ana 30, yaiku :

Wuku Shinta

Wuku Landhep

Wuku Wukir

Wuku Kuranthil

Wuku Tolu

Wuku Gumbreng

Wuku Warigalit

Wuku Warigagung

Wuku Julungwangi

Wuku Sungsang

Wuku Galungan

Wuku Kuningan

Wuku Langkir

Wuku Arandhasiya

Wuku Julungpujut

Wuku Pahang

Wuku Kuruwelut

Wuku Marakeh

Wuku Tambir

Wuku Medhangkungan

Wuku Maktal

Wuku Wuye

Wuku Manakil

Wuku Prangbabat

Wuku Bala

Wuku Wungu

Wuku Wayang

Wuku Kulawu

Wuku Dhukut

Wuku Watugunung

 *F. Arane Sasi Masehi:*

Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, Nopember, Desember

*G. Arane Sasi Arab:*

Muharram, Safar, Rabiul Awal, Rabiutsani, Jumadil Ula, Jumadil Tsaniyah, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqadah, Dzulhijjah

*H. Arane Sasi Jawa:*

Sura, Sapar, Mulud, Bakda Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rejeb, Ruwah, Pasa, Sawal, Dulkangidah/Selo, Besar

*I. Arane Taun*

Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, Jinakir

*J. Arane Windu*

Adi, Kuntara, Sangara, Sancaya

*K. Arane Wilangan*

Siji = Eka

Loro = Dwi

Telu = Tri

Papat = Catur

Lima = Panca

Nem = Sad

Pitu = Sapta

Wolu = Asta

Sanga = Nawa

Sepuluh = Dasa

Satus = Sata

Sewu = Sasra

Sepuluh ewu = Saleksa

Satus uwe = Sakethi

Sayuta = Sayuta

*L. Arane Wayah*

Jam 03:00 : Wayah Fajar Sidik (Bang-Bang Wetan)

Jam 04:00 : Wayah Bedhug Subuh

Jam 05:00 : Wayah Saput Lemah

Jam 06:00 : Wayah Byar

Jam 09:00 : Wayah Tengange

Jam 10:00 : Wayah Wisan Gawe

Jam 12:00 : Wayah Bedhug

Jam 13:00 : Wayah Luhur

Jam 15:00 : Wayah Lingsir Kulon

Jam 16:00 : Wayah Asar

Jam 17:00 : Wayah Tunggang Gunung

Jam 17:30 : Wayah Tribalayu

Jam 18:30 : Wayah Surub/Candrikala

Jam 19:00 : Wayah Bakda Magrib

Jam 19:30 : Wayah Isya’

Jam 20:00 : Wayah Bakda Isya’

Jam 21:00 : Wayah Sirep Bocah

Jam 23:00 : Wayah Sirep Wong

Jam 24:00 : Wayah Tengah Wengi

Jam 01.00 : Wayah Lingsir Wengi

*M. Arane Kiblat*

Lor = Uttara

Kidul = Daksina

Wetan = Purwa

Kulon = Pracima

Mugi2 saged kagem pangeling-eling
Mtr nuwun.....🙏🏻🙏🏻


#WA repost
2019

Nasihat Menghadapi Pemilu



Nasehat *5* Tokoh Menghadapi Pemilihan Legislatif, Pilkada & Pilpres.

*1. Ali bin Abi Thalib ra*

_“Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik.”_

*2. Syaikh Yusuf Qardhawi (Ketua Asosiasi Internasional Cendekiawan Muslim)*

Setidaknya ada 3 (tiga) cara dalam mempertimbangkan pilihan:

• Jika semuanya baik, pilihlah yang paling banyak kebaikannya.

• Jika ada yang baik dan ada yang buruk, pilihlah yang baik.

• Jika semuanya buruk, pilihlah yang paling sedikit keburukannya.

*3. Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, MA. M. Phil. (Ketua MIUMI Pusat, putra Pendiri Pesantren Gontor)*

_"Jika anda tidak mau ikut pemilu karena kecewa dengan pemerintah & anggota DPR, atau parpol Islam. Itu hak anda. Tapi ingat jika anda & jutaan yang lain tidak ikut pemilu maka jutaan orang fasik, sekuler, liberal, atheis akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai kita. Niatlah berbuat baik meskipun hasilnya belum tentu sebaik yang engkau inginkan.”_

4. *Recep Toyyib Erdogan*
 Jika orang *Baik*  tidak ikut terjun ke *politik*, maka para *penjahatlah* yang akan *mengisinya*.

5. *Necmetti Erbakan*
   Muslim yang tidak peduli *Politik* akan di pimpin oleh *Politikus* yang tidak peduli kepada *islam*

*Jangan Golput ya*  Kejahatan akan timbul tatkala orang baik semua pada DIAM.

=====[[[=======]]]=====



Seorang laki-laki yg berbeda paham dengan GUSDUR mengeluarkan kecaman dan kata-kata kasar meluapkan kebenciannya kepada GUSDUR.

GUSDUR hanya diam, mendengarkannya dengan sabar, tenang dan tidak berkata apa pun.

    Setelah lelaki tersebut pergi, si murid yg melihat peristiwa itu dengan penasaran bertanya :
*"Mengapa GUSDUR diam saja tidak membalas makian lelaki tersebut."*

   Beberapa saat kemudian, maka GUSDUR bertanya kepada si murid :
“Jika seseorang memberimu sesuatu,
tapi kamu tidak mau menerimanya, lalu menjadi milik siapa kah pemberian itu ?

"Tentu saja menjadi milik  si pemberi”, jawab si murid.

*"Begitu pula dengan kata-kata kasar itu”, Dawuh GUSDUR.*

“Karena aku tidak mau menerima kata-kata itu, maka kata-kata tadi akan kembali menjadi miliknya.*
 Dia harus menyimpannya sendiri.
Dia tidak menyadari, karena nanti dia harus menanggung akibatnya di dunia atau pun akhirat, karena energi negatif yg muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatan hanya akan membuahkan penderitaan hidup”.*

 .  Kemudian, lanjut GUSDUR :
Sama seperti orang yg ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri...❗
*Demikian halnya, jika di luar sana ada orang yg marah-marah kepadamu ... biarkan saja … karena mereka sedang membuang SAMPAH HATI mereka:*
    Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri, tetapi kalau engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah itu.”*

*“Hari ini begitu banyak orang yg hidup dengan membawa sampah di hatinya ( sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, dan lain Lain Penyakit Hati ) … maka jadilah kita orang yg BIJAK”*

GUSDUR melanjutkan nasehatnya :

*“Jika engkau tak mungkin memberi, janganlah  mengambil”*

*“Jika engkau terlalu sulit untuk mengasihi, janganlah membenci”*

*“Jika engkau tak dapat menghibur orang lain, janganlah membuatnya sedih”*

*“Jika engkau tak bisa memuji, janganlah menghujat”*

*“Jika engkau tak dapat menghargai, janganlah menghina”*

*“Jika engkau tak suka bersahabat, janganlah bermusuhan”*            

Jadikanlah Setiap Hari Dalam Hidup Ini Sebuah Pembelajaran Dan Mawas Diri....

SEMOGA BERMANFAAT.... 🙏🏻🙏🏻🙏🏻



Kisah Gus Dur oleh K.H. Masruri A. Mughni



Gus Dur & KH. Masruri Mughni

KH. Masruri Abdul Mughni, pernah sama-sama nyantri bersama Gus Dur kepada KH. Abdul Fatah Hasyim di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang. “Kamar saya dan Gus Dur bersebelahan. Saya di kamar Pangeran Diponegoro 7, Gus Dur di kamar Pangeran Diponegoro 6,”katanya.

“Tapi dia berkali-kali bilang kalau yang benar-benar menjadi gurunya adalah Mbah Fatah (KH. Abdul Fatah Hasyim) dan Mbah Chudlori (KH. Chudlori) Tegalrejo Magelang,” lanjut Abah Masruri.



Ketika semua orang mengecam Gus Dur karena mau berangkat ke Israel, ia mengatakan,“Biar semua orang mau bilang apa yang penting Mbah Fatah dan Mbah Chudlori mangestoni (memberi restu).” Padahal kedua gurunya itu sudah wafat. Karena itulah banyak yang yakin cucu KH. Hasyim Asy’ari itu punya kemampuan berkomunikasi dengan dunia ghaib.







“Gus Dur yakin betul melawan Israel tidak bisa dengan kekerasan, tetapi mau tidak mau harus pakai jalur diplomatik. Ya harus ke sana bicara baik-baik,” tutur Kiai Masruri, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah-2, Benda, Sirampog, Brebes itu.

Demikian pula saat terjadi penembakan terhadap umat Islam minoritas di India, KH. Abdurrahman Wahid di Bali malah mengatakan, “Kalau Mahatma Gandhi Islam, ia adalah wali besar.”

Pernyataannya itu kemudian dikutip sebuah majalah Ibu Kota tanpa kata-kata “Kalau”. Sehingga seolah-olah Gus Dur menyebut Mahatma Gandhi wali besar. Gegerlah semua kiai dan habaib di Indonesia. Melalui jalur Forum Demokrasi (Fordem) India, Gus Dur menempuh jalur diplomasi. Hasilnya umat Islam minoritas tidak ditembaki lagi.

“Saya sedih dihujat umat Islam Indonesia, tetapi saya senang karena umat Islam India tidak ditembaki lagi,” tutur Gus Dur seperti ditirukan Kiai Masruri.

Banyak hal yang sudah dilakukan Gus Dur tanpa orang lain mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Contoh bagaimana humanisnya cucu KH. Hasyim Asy’ari itu disampaikan Drs. H. Ali Mufiz MPA. Saat itu ia yang menjadi Wakil Gubernur Jateng menemui Gus Dur di kantor PBNU.“Gus Dur satu mobil bersama pamannya, KH. M. A. Sahal Mahfudh keluar dari kantor mengambil honor tulisan di Kantor Majalah Tempo,” katanya.

Pada saat tiba kembali di kantor PBNU, tiba-tiba datang seorang temannya yang mengeluh butuh biaya untuk mengobati keluarganya yang sakit. Tanpa menengok kanak-kiri, amplop honor tulisan yang baru saja diambil dari Majalah Tempo langsung diserahkan kepada temannya itu, tanpa sempat membuka isinya terlebih dahulu. Ya, Gus Dur telah tiada, tetapi spiritnya akan terus ada ila akhiriz zaman.


Sanad Ilmu



Sanad Aswaja an-Nahdliyyah

Sanad Madzhab al-Asy'ari di Indonesia

Para ulama Tanah Air, seperti KH. Moh. Hasyim Asy'ari Jombang, KH. Nawawi bin Nur Hasan Pasuruan, KH. Muhammad Baqir Yogyakarta, KH. Abdul Wahhab Hasbullah Jombang, KH. Bisri Syansuri, KH. Baidhawi bin Abdul Aziz Lasem, KH. Ma'shum bin Ahmad Lasem, KH. Muhammad Dimyathi Termas, KH. Shiddiq bin Abdullah Jember, KH. Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar Maskumambang, KH. Abbas Buntet Cirebon dan lain-lain. Para beliau ini berguru kepada: Syekh Muhammad Mahfuzh bin Abdullah al-Tarmasi (1285-1338 H/1868-1920 M), dari gurunya Sayid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Husaini al-Syafi'i (w. 1310 H/1892 M), dari gurunya Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan (1231-1304 H/1816-1886 M), dari gurunya Utsman bin Hasan al-Dimyathi, dari gurunya Muhammad bin Ali al-Syanawani al-Syafi'i (w. 1233 H/1818 M), dari gurunya Isa bin Ahmad al-Barawi al-Zubairi al-Syafi'i (w. 1182 H/1768 M), dari gurunya Syamsuddin Muhammad bin Muhammad al-Dafari al-Syafi'i (w. setelah 1161 H/ M), dari gurunya Salim bin Abdullah al-Bashri al-Syafi'i (w. 1160 H/1747 M), dari gurunya Abdullah bin Salim al-Bashri al-Makki al-Syafi'i (1048-1134 H/1638-1722 M), dari gurunya Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin al-'Ala' al-Babili al-Syafi'i al-Azhari (1000-1077 H/1591-1666), dari gurunya Ahmad bin Muhammad al-Ghunaimi (964-1044 H/1557-1634 M), dari gurunya Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Ramli (919-1004 H/1513-1596 M), dari gurunya Syaikh al-Islam, Qadhi al-Qudhat Zainuddin Abu Yahya Zakariya bin Muhammad al-Anshari (826-926 H/1423-1520 M), dari gurunya Al-Hafizh Taqiyyuddin Muhammad bin Muhammad bin Fahad al-Makki al-Syafi'i al-'Alawi al-Hasyimi (787-871 H/1385-1466 M), dari gurunya Majduddin Abu Thahir Muhammad bin Ya'qub al-Lughawi al-Syirazi al-Fairuzabadi (729-817 H/1329-1415 M), dari gurunya Al-Hafizh Sirajuddin Umar bin Ali al-Qazwini (683-750 H/1284-1349 M), dari gurunya Al-Qadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdullah al-Taftazani, dari gurunya Syarafuddin Abu Bakar Muhammad bin Muhammad al-Harawi, dari gurunya Fakhruddin Muhammad bin Umar al-Razi (544-606 H/1150-1210 M), dari gurunya Dhiyauddin Umar bin al-Husain al-Razi (hidup sebelum 559 H/1164 M), dari gurunya Abu al-Qasim Salman bin Nashir bin Imran al-Anshari al-Arghiyani (w. 512 H/1118 M), dari gurunya Imam al-Haramain Dhiyauddin Abu al-Ma'ali Abdul Malik bin Abdullah al-Juwaini (419-478 H/1028-1085 M), dari gurunya Al-Ustadz Abu al-Qasim Abdul Jabbar bin Ali bin Muhammad bin Haskan al-Asfarayini al-Iskaf (w. 452 H/1034 M), dari gurunya Ruknuddin al-Ustadz Abu Ishaq al-Asfarayini (w. 418 H/1027 M), dari gurunya Syaikh al-Mutakallimin Abu al-Hasan al-Bahili dari gurunya Syaikh al-Sunnah, Imam al-Mutakallimin Abu al-Hasan al-Asy'ari (270-330 H/883-947 M), dari gurunya al-Hafidz Zakariya al Saji (220-307 H), dari gurunya Rabi’ al-Muradi (w. 270), dari gurunya al-Muzani (w. 264 H), dari gurunya dari gurunya Muhammad bin Idris bin Syafi’ (w. 204), dari gurunya Imam Malik bin Anas, dari gurunya Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Rasulullah Shalla Allahu alaihi wa sallama.

Ibnu Qadli Syuhbah menjelaskan bahwa Imam al-Asy’ari berguru kepada syaikh Zakariya al-Saji, beliau dari Rabi’ dan al-Muzani, keduanya adalah murid Imam Syafii. Dari al-Hafidz Zakariya al-Saji inilah Imam Asy’ari mengutip riwayat dalam madzhab Ahlisunnah (Thabaqat al-Syafiiyah 1/7)

Sanad Madzhab al-Maturidi di Indonesia

Para ulama Tanah Air seperti KH. Moh. Hasyim Asy'ari Jombang, KH. Nawawi bin Nur Hasan Pasuruan, KH. Muhammad Baqir Yogyakarta, KH. Abdul Wahhab Hasbullah Jombang, KH. Bisri Syansuri, KH. Baidhawi bin Abdul Aziz Lasem, KH. Ma'shum bin Ahmad Lasem, KH. Muhammad Dimyathi Termas, KH. Shiddiq bin Abdullah Jember, KH. Muhammad Faqih bin Abdul Jabbar Maskumambang, KH. Abbas Buntet Cirebon dan lain-lain, dari gurunya Syaikh Muhammad Mahfuzh bin Abdullah al-Tarmasi (1285-1338 H/1868-1920 M), dari gurunya Sayid Abu Bakar bin Muhammad Syatha al-Dimyathi (w. 1310 H/1892 M), dari gurunya Sayid Ahmad bin Zaini Dahlan (1231-1304 H/1816-1886 M), dari gurunya Utsman bin Hasan al-Dimyathi, dari gurunya Muhammad bin Ali al-Syanwani (w. 1233 H/1818 M), dari gurunya Muhammad bin Muhammad bin Hasan al-Munir al-Samanudi al-Syafi'i (1099-1199 H/1688-1785M), dari gurunya Burhanuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Budairi al-Husaini al-Dimyathi al-Asy'ari al-Syafi'i, populer dengan sebutan Ibn al-Mayyit (w. 1131 H/1719 M), dari gurunya Burhanuddin Abu al-'Irfan al-Mulla Ibrahim bin Hasan al-Kurani (1025-1101 H/1616-1690 M), dari gurunya Ahmad bin Muhammad bin Yunus al-Qusyasyi al-Dajani al-Husaini (991-1071 H/1583-1661 M), dari gurunya Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Ramli (919-1004 H/1513-1596 M), dari gurunya Syaikh al-Islam Zakariya al-Anshari (826-926 H/1423-1520), dari gurunya Al-Hafizh Ibn Hajar al-'Asqalani (773-852 H/1372-1449 M), dari gurunya Syamsuddin Muhammad al-Qurasyi, dari gurunya Abu Muhammad Abdullah bin Hajjaj al-Kasyqari, dari gurunya Hisyamuddin Husain bin Ali al-Saghnaqi (w. 711 H/1311 M), dari gurunya Muhammad bin Muhammad bin Nashr al-Nasafi (w. 693 H/1294 M), dari gurunya Al-Hafizh Najmuddin Umar bin Muhammad al-Nasafi (461-537 H/1068-1142 M), dari gurunya Al-Qadhi Shadrul Islam Abu al-Yusr Muhammad bin Muhammad bin Husain al-Bazdawi (421-493 H/1030-1100 M), dari gurunya Muhammad bin Husain al-Bazdawi.
Husain bin Abdu Karim al-Bazdawi, dari gurunya Abu Muhammad Abdul Karim bin Musa bin Isa al-Bazdawi (w. 390 H/1000 M), dari gurunya Abu Manshur al-Maturidi (w. 333 H/945 M).

Demikian mata rantai sanad madzhab al-Asy'ari dan madzhab al-Maturidi yang sampai kepada guru-guru kita, para tokoh pendiri organisasi Nahdlatul Ulama. Selain sanad di atas, masih banyak jalur-jalur lain yang menyambungkan mata rantai akidah Ahlussunnah Wal-Jama'ah kepada para ulama terdahulu, hingga kepada Rasulullah J. Wallahu a'lam.

Sanad Fikih Aswaja an-Nahdliyyah

Dalam Bidang Fiqih/Hukum Islam, Nahdlatul Ulama bermazhab secara qauli (tekstual) dan  manhaji (metodologis) kepada salah satu Al-Madzahib Al-‘Arba’ah (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan  Hanbali)

KH. Hasyim Asy'ari (w. 1367 H) dari gurunya Syaikhona Kholil Bangkalan Madura (w. 1345 H), dari gurunya Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Syatho (w. 1310 H), dari gurunya Syaikh Muhammad Nawawi Al Bantani (w. 1315 H), dari gurunya Syaikh Ahmad Zaini Dahlan (w. 1303 H), dari gurunya Syaikh Abdullah bin Umar, dari gurunya Syaikh Muhammad Salih Rais, dari gurunya Syaikh Ali Al Wana'i, dari gurunya Syaikh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al Bujairimi Al Mishriy (w. 1221 H), dari gurunya Syaikh Ahmad bin Ramadlan, dari gurunya Syaikh Sulaiman Al Babili, dari gurunya Syaikh Abdul Aziz Zamzami, dari gurunya Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al Malibari (w. 972 H), dari gurunya Wajihuddin Abdurrahman bin Ziyad Az Zabidi, dari gurunya Syihabuddin bin Ahmad bin Hajar Al Haitamiy (Syaikh Ibn Hajar. W. 974 H), dari gurunya syaikh Abu Yahya Zakarya bin Muhammad bin Ahmad bin Zakarya Al Anshari (w. 927 H), dari gurunya Imam Jalaluddin Muhammad bin Ahmad Al Mahalliy (w. 864 H), dari gurunya Syaikh Salih bin Umar bin Ruslan bin Nasir bin Salih Al Bulqini (w. 844 H), dari gurunya Syaikh Umar Al Bulqini, dari gurunya Syaikh Abdurrahim Al Quraisyiy, dari gurunya Syaikh Hibatullah Al Baar, dari gurunya Syaikhul Islam Muhyiddin bin Zakarya bin Syarafuddin (Imam Nawawi. W. 676 H), dari gurunya Imam Kamal Ardabili, dari gurunya Syaikh Muhammad Naisaburi, dari gurunya Abu Hamid bin Muhammad Al Ghazali Aththusiy (imam Ghazali. W. 505 H), dari gurunya Abdul Malik ibn Yusuf bin Muhammad Al Juwaini (imam Haramain. W. 478 H), dari gurunya Abu Abdillah Muhammad Al Juwaini (w. 438 H), dari gurunya Imam Abu Bakar Qaffal, dari gurunya Imam Ibrahim Al Marwazi, dari gurunya Imam Ahmad ibn Umar bin Suraij Abu Al Abas Al Baghdadi, dari gurunya Imam Abu Al Qasim, dari gurunya Imam Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al Muzani, dari gurunya Al Imam Al A’zham Ibn Abdillah bin Idris Asy-Syafi’i (Imam Syafi’i pendiri madzhab Syafi'i. W. 204 H), dari gurunya Imam Malik bin Anas (w. 178 H), dari gurunya Sayiduna Nafi’ Maula Abdillah (w. 117 H), dari gurunya Sayiduna Abdullah bin Umar (w. 73 H), dari gurunya Rasulullah Shalla Allahu 'Alaihi Wasallama.

Struktur genealogi ini diambil dari kitab Kifayat al-Mustafid lima 'Ala min al-Asanid, karya al-Syaikh al-Muhaddits al-Musnid al-Faqih Muhammad Mahfuzh bin Abdullah al-Tarmasi, ditelaah oleh Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki, terbitan Dar al-Basyair al-Islamiyah, Beirut, hal. 32-33.

Sanad Tasawuf Aswaja an-Nahdliyyah

Dalam bidang Tasawuf, Nahdlatul Ulama mengikuti Imam al Junaid al Baghdadi  (w.297H.) dan Abu Hamid al Ghazali (450-505 H./1058-1111 M.).
KH Hasyim Asy’ari berguru kepada Syaikh Mahfudz al-Tarmasi, dari gurunya Syaikh Abu Bakar bin Muhammad Syatha, dari gurunya Syaikh Zaini Dahlan, dari gurunya Utsman bin Hasan al-Dimyathi, dari gurunya Muhammad bin Ali al-Syinwani, dari gurunya Abdullah bin Hijazi, (memiliki dua jalur, pertama) dari gurunya Mahmud bin Abu Abu Yazid al-Kurdi, dari gurunya Muhammad bin Salim al-Hifni, (kedua) dari al-Hifni, dari gurunya Mushtofa al-Bakri (wf. 1162 H), dari gurunya Abdullatif al-Halabi, dari gurunya Mustofa al-Afandi, dari gurunya Ali Qarrah Basya, dari gurunya Ismail al-Jurumi, dari gurunya Umar al-Fuadi, dari gurunya Muhyiddin al-Qasthamuni, dari gurunya Sya’ban al-Qasthamuni, dari gurunya Khairuddin al-Waqqadi, dari Sulthan Afandi (populer dengan Jamal al-Halwati), dari Muhammad bin Bahauddin al-Syairawani, dari gurunya Jalaluddin Yahya al-Bakuri, dari gurunya Shadruddin al-Jayani, dari gurunya Izzuddin al-Syarwani dari Muhammad Amiram al-Khalwati, dari gurunya Umar al-Khalwati, dari saudaranya Muhammad al-Khalwani al-Syarwani, dari gurunya Ibrahim al-Zahid al-Kailani, dari gurunya Jamaluddin al-Tibrizi (populer dengan Ibnu Shaidalani), dari gurunya Syihabuddin Muhammad bin Mahmud al-Atiqi al-Syairazi, dari gurunya Ruknuddin Abu Ghanaim Muhammad bin Fadl al-Najjasyi, dari gurunya Quthbuddin Muhammad bin Ahmad al-Abhari, dari gurunya Abu Najib al-Abhari (wf. 563 H), dari gurunya Umar al-Bakri, dari Wajihuddin al-Qadli, dari gurunya Muhammad al-Bakri, dari gurunya Ahmad al-Dainuri, dari gurunya Mamsyad al-Dainuri, dari gurunya Imam Abul Qasim al-Junaid al-Baghdadi (wf. 297 H) dari gurunya Sirri al-Saqathi (wf. 253 H), dari gurunya Abu Mahfudz Ma’ruf al-Karakhi (wf. 200 H), dari gurunya Dawud al-Thai (wf. 165 H), dari gurunya Habib al-Ajami, dari gurunya Hasan al-Bashri (wf. 110 H) dari Amirul Mu’minin Ali bin Abi Thalib (wf. 40 H), dari Rasulullah ShallaLlahu 'Alayh Wasallam

*Diolah dari beberapa referensi disertai penyesuaian.