Senin, 23 Juli 2018

Alimnya K.H. Bisri Syansuri, Arifnya K.H. A. Wahab Chasbullah



KH. A. Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri muda adalah teman mondok yg nyaris tak pernah akur. Mbah Wahab yg kuat dalam Ilmu Ushul terkesan longgar fikihnya, sedangkan Mbah Bisri yg kokoh dalam Ilmu Fiqih tampak ketat hukumnya. Dari Isya' sampai Shubuh ngotot-ngototan kedua santri itu sering tak usai.

Tapi lawan debat adalah kawan berjuang. Wahab muda tahu, Bisri muda yg ngeyelan ini kelak akan jadi mitra yg tangguh. Maka bagaimana cara mengikatnya?

"Sampeyan mau naik haji?" ujar Mbah Wahab suatu waktu.

"Ya jelas mau", sahut Mbah Bisri, "Tapi fikir-fikir dulu saya ini."

"Berangkat ya bareng aku. Tenang, insya Allah aku yg mbayari."

"Yang benar?"

"Iya."

Maka merekapun berjanji berangkat bersama dengan kapal dari Pelabuhan Surabaya. Di hari yg disepakati pada suatu Syawal, merekapun bertemu.

"Sepurane", ujar Mbah Wahab, "Sampeyan berangkat sendiri ya. Aku ada urusan lain yg tidak bisa ditinggal. Terus sekalian titip adikku ya. Ini Dek Khadijah juga mau naik haji."

"Wah", sahut Mbah Bisri.

"Kenapa?"

"Lha ajnabi itu. Masak dititipkan?"

"Ya sudah. Dihalalkan ya. Ini sudah kusiapkan maharnya, juga aku bawa saksinya. Kalian akad nikahan di sini saja sebelum berangkat. Wis bismillah, aku Walinya Dek Khadijah."

"Mati aku", gerutu Mbah Bisri menepok jidat. Dan pasangan Bisri-Khadijah pun menikah, menjadi keluarga berkah, penuh sakinah, diguyuri mawaddah, dianugerahi rahmah. Bahagia sekali Mbah Wahab punya adik ipar seperti Mbah Bisri, kelak merupakan mitra yg dahsyat membangun Nahdhatoel Oelama di sisi Hadhratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari.

Lahum al-Fatihah.....






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Kita Ajak Masyarakat Untuk Menuju Ridlo Allah Subhaanahu Wata'aalaa

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.